Israel Langgar Kesepakatan, Tolak Mundur dari 5 Wilayah di Lebanon: Ketegangan Meningkat

Beirut, [Tanggal] – Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel kembali memanas setelah Israel dilaporkan menolak mundur dari lima lokasi strategis di wilayah Lebanon, meskipun ada kesepakatan internasional yang mengharuskan mereka melakukannya. Langkah ini dinilai sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan resolusi PBB, memicu reaksi keras dari pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah.

Menurut laporan dari UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon), Israel masih mempertahankan posisi militernya di lima titik perbatasan yang seharusnya dikosongkan berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani setelah eskalasi konflik terbaru. Keputusan Israel untuk bertahan di lokasi tersebut semakin memperburuk hubungan dengan Lebanon, yang sudah tegang sejak konflik perbatasan yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir.


Pelanggaran Kesepakatan dan Sikap Israel

Keputusan Israel untuk tetap berada di wilayah perbatasan yang disengketakan bertentangan dengan Resolusi 1701 PBB, yang disepakati setelah perang Lebanon-Israel pada tahun 2006. Resolusi tersebut menyerukan penghentian pertempuran dan penarikan pasukan Israel dari wilayah Lebanon.

Namun, pejabat Israel beralasan bahwa keamanan nasional mereka masih terancam oleh kelompok militan di Lebanon, terutama Hizbullah.

“Kami tidak bisa begitu saja menarik pasukan sebelum ada jaminan bahwa wilayah ini tidak akan digunakan untuk serangan terhadap Israel,” ujar seorang pejabat militer Israel kepada media lokal.

Menurutnya, kehadiran pasukan Israel di lima lokasi tersebut masih diperlukan untuk memastikan stabilitas keamanan, terutama di wilayah perbatasan yang sering menjadi pusat aktivitas Hizbullah.


Reaksi Lebanon: Kecaman dan Ancaman Retaliasi

Pemerintah Lebanon merespons dengan keras keputusan Israel untuk tetap bertahan di wilayah mereka. Presiden Lebanon, Najib Mikati, menuding Israel telah melanggar kedaulatan negaranya dan menantang hukum internasional.

“Kami tidak akan tinggal diam jika Israel terus menduduki tanah kami. Kami menuntut komunitas internasional segera mengambil tindakan atas pelanggaran ini,” ujar Mikati dalam pernyataan resminya.

Sementara itu, Hizbullah—kelompok bersenjata yang berbasis di Lebanon dan dikenal sebagai musuh bebuyutan Israel—mengancam akan mengambil langkah militer jika pasukan Israel tidak segera ditarik dari wilayah tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan bahwa pihaknya tidak akan ragu untuk bertindak jika Israel terus mengabaikan kesepakatan yang telah dibuat.

“Kami tidak akan membiarkan agresi ini berlanjut. Jika Israel tetap keras kepala, kami akan merespons dengan cara yang mereka pahami,” tegas Nasrallah dalam pidatonya.


Ketegangan Meningkat: Risiko Bentrokan Baru?

Pengamat politik di Timur Tengah memperingatkan bahwa situasi di perbatasan Lebanon-Israel semakin berbahaya, terutama jika tidak ada langkah diplomasi yang dapat meredakan ketegangan.

Profesor Fawaz Gerges, pakar hubungan internasional dari London School of Economics, menilai bahwa keputusan Israel untuk tetap bertahan di lima wilayah Lebanon dapat memicu eskalasi besar dalam beberapa minggu ke depan.

“Ini adalah situasi yang sangat sensitif. Jika Hizbullah merasa diprovokasi, kemungkinan besar kita akan melihat serangan balasan dan ini bisa berujung pada konfrontasi militer yang lebih luas,” kata Gerges.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dikabarkan sedang menggelar pertemuan darurat untuk membahas masalah ini, dengan harapan dapat menemukan solusi diplomatis sebelum situasi semakin memburuk.


Kesimpulan

Langkah Israel untuk menolak mundur dari lima wilayah di Lebanon menambah panjang daftar ketegangan antara kedua negara. Dengan semakin kerasnya sikap Lebanon dan ancaman dari Hizbullah, kawasan perbatasan kini berada di ambang konflik baru.

Apakah Israel akan tetap bertahan dengan keputusannya? Ataukah tekanan internasional akan memaksa mereka untuk menarik pasukannya? Dunia kini menanti perkembangan selanjutnya dalam konflik yang terus memanas ini. 🔥