Asosiasi Pesimis Ojol Dapet THR Tahun 2025, Ini Alasannya
Menjelang Hari Raya Idulfitri 2025, wacana pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pengemudi ojek online (ojol) kembali mencuat. Namun, para pengemudi ojol yang tergabung dalam berbagai komunitas dan asosiasi justru pesimis akan mendapatkan THR dari perusahaan aplikator. Ketidakpastian ini bukan tanpa alasan. Berikut beberapa faktor yang membuat para ojol ragu akan mendapatkan THR di tahun 2025.
1. Status Hubungan Kerja yang Tidak Jelas
Salah satu penyebab utama pesimisme para pengemudi ojol adalah status hubungan kerja mereka yang masih dianggap sebagai mitra, bukan karyawan tetap. Berbeda dengan karyawan perusahaan yang memiliki hak THR berdasarkan regulasi Kementerian Ketenagakerjaan, para pengemudi ojol tidak masuk dalam kategori pekerja tetap. Karena itu, perusahaan aplikator tidak memiliki kewajiban hukum untuk memberikan THR kepada mereka.
2. Minimnya Regulasi yang Mengatur THR untuk Ojol
Hingga saat ini, belum ada peraturan pemerintah yang secara eksplisit mewajibkan perusahaan transportasi online untuk memberikan THR kepada mitra pengemudinya. Meskipun beberapa pihak telah mengusulkan adanya regulasi tersebut, hingga 2025 belum ada langkah konkret dari pemerintah yang mewajibkan aplikator untuk memberikan tunjangan hari raya bagi para ojol.
3. Penghasilan yang Tidak Menentu
Para pengemudi ojol juga mengeluhkan pendapatan yang semakin tidak menentu akibat berbagai faktor, seperti kebijakan insentif yang terus berubah, kenaikan harga bahan bakar, dan persaingan yang semakin ketat. Dalam kondisi seperti ini, mereka justru berharap ada kebijakan bantuan langsung atau subsidi dari pemerintah ketimbang menunggu THR dari perusahaan aplikator yang belum tentu diberikan.
4. Janji yang Tak Kunjung Terpenuhi
Tahun-tahun sebelumnya, sempat ada pernyataan dari beberapa perusahaan aplikator mengenai kemungkinan pemberian insentif atau bonus spesial menjelang Lebaran sebagai pengganti THR. Namun, dalam praktiknya, insentif tersebut tidak merata dan hanya diberikan kepada pengemudi dengan performa tertentu. Hal ini menambah ketidakpastian bagi sebagian besar pengemudi yang merasa tidak mendapat keadilan dalam sistem penghargaan yang ada.
5. Ketimpangan dengan Karyawan Perusahaan
Sementara para ojol masih berjuang mendapatkan kejelasan soal THR, para karyawan di perusahaan aplikasi transportasi online sudah dipastikan mendapatkan tunjangan tersebut. Hal ini menimbulkan perasaan ketidakadilan di kalangan mitra pengemudi, mengingat mereka juga berkontribusi besar terhadap pendapatan perusahaan.
Harapan Pengemudi Ojol
Meskipun pesimis, para pengemudi ojol tetap berharap ada perubahan di masa depan. Mereka meminta pemerintah untuk membuat regulasi yang lebih berpihak kepada pekerja gig economy seperti ojol, termasuk kebijakan mengenai THR. Selain itu, mereka juga berharap perusahaan aplikator memiliki inisiatif lebih dalam memperhatikan kesejahteraan para mitranya, bukan hanya fokus pada pertumbuhan bisnis.
Kesimpulan
Pesimisme para pengemudi ojol terkait pemberian THR tahun 2025 bukan tanpa alasan. Status kemitraan yang tidak memberikan hak THR, minimnya regulasi, serta ketidakpastian penghasilan menjadi faktor utama yang membuat mereka ragu. Meski demikian, para pengemudi tetap berharap ada solusi dari pemerintah dan aplikator agar kesejahteraan mereka lebih diperhatikan di masa mendatang.